Desa Resun Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga terdiri dari 1 Dusun / Kampung, menurut catatan sejarah sebelum tahun 1921 Desa Resun merupakan sebuah Kampung atau Dusun rakyat biasa. Pada mulanya Desa Resun sejak tahun 1923 desa tersebut mulai dirintis oleh Pemerintah Penjajahan Belanda karena letaknya strategis dalam mencapai hubungan atau jalan antara Daik Lingga (Ibu Kota Kabupaten) ke Daerah Lingga sekitarnya / belakang Daik dan Kecamatan Senayang.
Pemerintah penjajahan Belanda juga mendirikan tempat signal (kode) untuk keperluan dalam perang Dunia signal ini masih terdapat di Bukit Meninjau. Pemerintah Penjajahan Belanda juga menjadikan Daerah Desa Resun sebagai tempat rekreasi hingga saat ini masih ada sebuah Lubuk (bagian sungai yang dalam) yang disebut masyarakat Lubuk Belanda.
Mengenai Pemerintahan Desa Resun pada masa Pemerintahan Penjajahan Belanda Penghulunya antara lain :
NO | NAMA | TAHUN |
1. | H. M. YUSUF | 1925 – 1928 |
2. | H. ZAKARIA | 1928 – 1932 |
3. | H. SULAIMAN | 1932 – 1942 |
Pada masa Pemerintahan Jepang, Penghulunya antara lain :
NO | NAMA | TAHUN |
1. | ISNEN | 1942 – 1949 |
2. | ALI | 1949 – 1964 ( Zaman Kemerdekaan) |
3. | MAHADAN | 1964 – 1979 |
4. | M. RAUS | 1979 |
5. | AZRAI RANTAU | 1991 – 1999 |
6. | HUZUAN | 1999 – 2000 |
7. | PAUDAR MR. | 2000 – 2008 |
8. | SITI MAHIRA | 2009 – 2015 |
9. | KAMAWANTO | 2015 – 2019 |
10. | PLT. MARLENA | November 2019 – Agustus 2020 |
11. | PJ. AMRULLAH | Agustus 2020 – Agustus 2021 |
12. | HAIRUL MAZI | 2021 – Sekarang |
Sejarah Budaya Desa Resun
Budaya atau kultur yang ada dimasyarakat Desa Resun masih sangat kental, apalagi yang berhubungan dengan agama islam, hal ini dapat dipahami dikarenakan mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat Desa Resun adalah agama islam, Budaya yang berbasis kearifan lokal oleh sebagian masyarakat desa Resun masih terus dijaga dan masih tetap dilaksanakan. Tradisi adat ketimuran yang ada dan berkembang di Desa Resun, banyak dipengaruhi oleh ritual – ritual agama islam dan perilaku orang tua terdahulu.